Selasa, 03 Desember 2013

Aku dan Kamu yang tak pernah puas

 
Disebuah perkuliahan secara tak sengaja aku mendengar bisik bisik teman perkuliahan yang tengah membicarakan beberapa  nilai Ujian tengah semester yang telah keluar. sejak beberapa pekan lalu saya telah mendengar hal tersebut entah karena apriori* dengan Nilai nilai UTS -.- , sehingga niat ini baru dapat saya laksanakan dengan perlahan namun pasti saya berjalan ke tempat biasa untuk melihat nilai, detak jantung semakin berpacu cepat seiring tempat yang saya tuju, sejenak saya melihat nilai ujian yang seyogyanya adalah hasil kerja panjang saya ketika menjelang perhelatan semi akbar dalam dunia mahasisiwa yaitu UTS dan perhelatan akbar UAS.Entah mengapa kebanyakan kami mahasiswa hanya sering kali di nilai dengan 2 nilai itu,  Ujian adalah hal yang tidak diinginkan namun harus kami lewati suka tidak suka mau tidak mau wajib hehhehe ^.^
Aku mengumpulkan segala konsentrasi yang saya punya untuk melihat hasil yang telah saya perbuat di dalam ujian, selembar demi selembar  kitab Nilai uts mahasiswa saya buka dan ketika saya melihat nilai evalusi(uts) saya, sedikit kekecewaan terbersit didalam hati saya , kekecewaan yang sering saya alami ketika melihat nilai evaluasi, dengan sedikit melakukan asas perbandingan saya masih banyak ketinggalan dengan teman teman yang lain , entah sampai kapan saya akan terus begini saya ingin merasakan bagaimana belajar bisa menjadi candu buat saya khususnya dan 
Kaum Mahasiswa Umumnya. sedikit tersentak membaca tulisan dari dr(Doktor). ikhwan muhammad salah seorang dr muda inilah salah satu petikan tulisanya.

“..beberapa orang harus 10x membaca sesuatu baru bisa paham, sementara beberapa orang lain hanya cukup dengan membaca 1x, lalu kenapa?, itu kemudahan yang dikasih untuk dia, kita ga perlu iri, ga perlu jadi rendah diri, kita cuma harus berusaha lebih keras sesuai dengan kemampuan yang kita punya, kalau memang harus 10x kita membacanya-maka kita akan 10x membaca nya..”(kata-kata dokter ahli anak, satu sore di poli anak)

“..Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: Ini adalah hakku..” (QS. Fushshilat: 50)

“..Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa..”(QS. Fushshilat: 51)
bersykur dengan hasil yang ada dan lebih meningkatkan kapasistas belajar belajar keras serta belajar cerdas , bukankah kita adalah civil education(masyarakat pelajar) long live education adalah slogan kita belajar seumur hidup, Hidup untuk belajar, dan kehadiran kita dalam sistem masyarakat  bisa menjadi sebuah anugerah khairunnas anfa ahum linnas :)

Senin, 02 Desember 2013

KEGAGALAN KAUM AKADEMISI


KEGAGALAN KAUM AKADEMISI


Ketika orang bicara politik dianggap bukan kapasitasnya,
karena yang ngomong tidak pernah kuliah di FISIP,
emangnya Soekarno-Hatta lulusan FISIP ?

Ketika orang bicara ekonomi dianggap bukan kapasitasnya,
karena konon perlu 7 semester S1 dan 2 semeter S2 di FE,
emangnya Adam Smith atau Chairul Tanjung lulusan FE?

Ketika orang bicara sastra dianggap bukan kapasitasnya,
karena konon perlu 8 semester di FS,
emangnya Andrea Hirata atau Habiburrahman el Shirazy lulusan FS?

Ketika orang bicara teknologi dianggap bukan kapasitasnya,
karena konon perlu 9 semester di FT,
emangnya Bill Gates dan Steve Jobs lulusan FT?

Kaum akademisi kita memang harus diajak untuk berpikir,
jauh di atas level akademis yang telah terukir,
agar mereka tidak menjadi arogan dan kikir,
dan agar mereka menjadi ahli-ahli zikir.

prof fahmi amhar 

cinta itu yah cinta


# Cinta Itu Sederhana #

                      

Apa definisi cinta? Imam Ibnul Qayyim berkata : “Cinta tidak dapat didefinisikan dengan jelas. Bahkan jika didefinisikan tidak menghasilkan sesuatu kecuali menambah ketidakjelasan. Karena definisinya adalah perasaan cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin : 3/9).

Ya, beliau benar. Karena cinta sangat sederhana sehingga tidak perlu didefinisikan dengan kata-kata, dan cukuplah dirasakan dalam hati saja. Ana teringat sebuah puisi dari seorang sastrawan yang mengungkapkan betapa "sederhananya" cinta. Beliau berkata :

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu;

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…


dikutip dari+Muslim channel 
Aznoel adhan