Selasa, 11 Februari 2014

Antara Ibadah sosial dan individu ! ! !



Bung Karno, Pak Harto, Muammar Qaddafi, dan Ibadah Sosial

Bung Karno, Pak Harto, Muammar Qaddafi, dan Ibadah Sosial

Kamis, 15 Desember 2011 08:26 WIB
Oleh  Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA

Saat berkunjung ke Rusia pada tahun 1950-an, Presiden Soekarno menyaksikan hanya ada satu masjid yang diizinkan Pemerintah Uni Soviet untuk dipakai oleh umat Islam. Namun, atas upaya Bung Karno kepada Pemerintah Uni Soviet, umat Islam di negeri beruang putih itu bisa memiliki sebuah masjid lagi di St Petersburg, yang dikenal dengan masjid biru. Sejak saat itu, Bung Karno dianggap sebagai pahlawan bagi umat Islam.

Dalam konteks ini, Bung Karno telah menjalankan dua ibadah, yakni ibadah individual dan sosial. Ibadah individual telah terputus dengan wafatnya Bung karno. Tapi, ibadah sosial akan terus berlanjut, selama masjid itu dipakai umat Islam Rusia.

Pada pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta, Bung Karno juga punya andil besar. Beliau berupaya mencarikan dana untuk pembangunan masjid tersebut. Mungkin, tanpa dukungan Bung Karno, baik secara moral maupun material, boleh jadi Masjid Istiqlal belum terwujud. Karena itu, selagi Masjid Istiqlal dipakai oleh umat Islam, selama itu pula Bung Karno akan mendapatkan pahala sebesar pahala umat Islam yang beribadah di Masjid Istiqlal. Masjid biru dan Masjid Istiqlal menjadi contoh ibadah sosial yang telah dilakukan oleh Bung Karno.

Seperti halnya Bung Karno, Pak Harto juga punya kontribusi bagi umat Islam. Sekadar contoh Pak Harto memprakarsai berdirinya ribuan masjid yang berada dalam naungan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila. Pak Harto juga turut andil atas pendirian Masjid At-Tin di Pondok Gede, Jakarta Timur. Selagi masid-masjid itu dipakai oleh umat Islam, selama itu pula Pak Harto akan tetap mendapatkan pahala sebesar pahala umat Islam yang menggunakan masjid-masjid tersebut.

Demikian pula dengan Muamar Qadafi, mantan pemimpin Libya. Muamar Qadafi turut membantu memberikan sumbangan dana untuk pembangunan sejumlah masjid di Indonesia. Di antaranya, masjid di Toronto, Kanada, dan Masjid Muammar Qadhafi di Sentul, Bogor. Selain itu, Qadafi juga telah mengirimkan dan menggaji sekitar 5.700 orang dai yang disebarkan ke berbagai penjuru dunia untuk menyampaikan dakwah Islam.

Selagi masjid-masjid itu digunakan oleh umat Islam dan murid-murid dari para dai yang dikirimkan itu untuk menjalankan ibadah, niscaya selama itu pula Qadafi akan tetap mendapatkan pahala sejumlah orang-orang yang beribadah itu kendati jasadnya sudah hancur dimakan tanah.

Dalam ibadah, jika ibadah sosial dan individual sama-sama hukumnya sunah, Rasulullah SAW akan memprioritaskan ibadah sosial. Karena ibadah sosial merupakan ibadah yang pahalanya jauh lebih besar dan berkelanjutan bahkan hingga hari kiamat, dibandingkan dengan ibadah individual yang manfaatnya hanya sementara. Sebuah kaidah fikih menyebutkan; "Ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual."

Karena itu, tidak mustahil ibadah-ibadah sosial yang dilakukan ketiga pemimpin itu akan mengantarkan mereka ke dalam surga. Kendati, mereka punya kesalahan di masa silam. Ini berbeda dengan mayoritas kita yang saat ini lebih banyak mementingkan ibadah individual ketimbang ibadah sosial.

Tulisan ini dibuat di Republika cetak dengan judul Ibadah Sosial

Senin, 03 Februari 2014

bacalah

 Iqro "Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,  Bacalah, Dan Tuhanmulah yang maha Mulia, yang mengajar (Manusia) dengan pena,  Dia mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya" (Q:S Al Alaq 1-5).

Sungguh semua orang pasti mengetahui ayat ini, sudah sering didengar ataupun seringkali dibaca dalam bacaan Shalat, Ayat yang pertama kali Turun kepada Rasulullah SAW, Yaitu tentang iqro (Baca) suatu ayat yang  Urgent tidak hanya karena termasuk di dalam  Ayat Al-Qur'an atau karena ayat yang pertama kali turun di dalam masa kenabian ,Namun lebih dari itu yaitu karena perintahnya yakni membaca  Ya kita di suruh membaca, Sebagai Umat Islam kita di suruh untuk membaca , membaca akan kebesaran Allah(Qauniyah) di Dunia ini dan juga dengan membaca kita menjadi lebih tauh akan apa yang kita lakukan, Bukankah kita sebagai Agent of change, Agen perubahan di dalam Masyarakat, tentu semua itu harus dengan membaca , dengan ilmu . kita sebagai agen perubahan masyarakat, jumlah kami memang sedikit namun dapat merubah Secara perlahan masyarakat, membaca juga dapat membuat kita lebih mengetahi apa yang terjadi masa lalu, dan juga kita dapat merasakan bagaimana perjuangan Rasululllah dalam meninggikan kalimat Allah di muka bumi,  dapat melihat apa yang mungkin tidak dilihat oleh orang masa kini dan juga dengan ilmu kita dapat mensejahtrakan dan memakmurkan Bumi Allah.


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. " (Q.S. Al-Imron : 104)

Kata Allah kita adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia , menyeruh kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. . .

Lalu apa yang kita tunggu sehingga masih enggan kita untuk membaca ???