Senin, 21 April 2014

Metode Dakwah Kontemporer

3 Metode dakwah Kontemporer



“ Dakwah dan Zaman "
oleh Aznul Adhan
Senin,21 April 2014



          Dakwah Secara harfiah berasal dari bahasa arab yang berarti ‘da’a’, ‘yad’u’, ‘dakwatan’ yang mempunyai arti memanggil, megundang dan mengajak. Secara keseluruhannya, dakwah adalah perintah atau suruhan sesama manusia untuk kembali hidup berdasarkan ajaran Islam yang sesuai Al Qur'an dan as sunnah . Zaman Modern dengan segala Kemudahanya, Zaman di mana setiap orang dapat terhubung dengan Mudah ( The Conecting People), Komunikasi yang semakin mudah dapat menjadi alternatif sebagai Sarana dakwah, membaca Perkembangan masyarakat, internet dapat menjadi sebuah sarana dakwah yang cukup menjanjikan, dengan membaca topografi peta masyarakat Indonesia yang terdiri dari 14.000 Pulau dan dan terdiri dari 5 pulau besar ( Jawa, Sumatera, kalimantan, Sulawesi, Irian jaya) merupakan Negara Archipelago (Kepuluan), sebuah data menggambarkan bahwa perkembangan Internet dapat menjangkau 50 juta pengguna hanya membutuhkan 4 tahun saja, coba di bandingkan  dengan Radio yang membutuhkan waktu 38 tahun untuk mendapatkan pengguna sekitar 50 juta, dan tv membutuhkan waktu 13 tahun untuk mendapatkan 50 juta pengguna,    strategi dakwah di Media masa (khususnya Internet)  dapat digunakan untuk menyalurkan informasi berdakwah kepada orang banyak sehingga boleh memberikan pengetahuan, pemikiran, perhatian, dan menjadikan Islam sebagai pendangan Hidup.
   
      Perkembangan hidup masyarakat modern, dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kebanyakan Isi (Teks, Audio, Visual) di Internet  seperti komunikasi dan liputan informasi yang berada di Internet  kebanyakan  membawa Muhadarot (keburukan)  dalam cara berpikir dan bertindak dan menyebabkan multi dekadensi (Kemorosotan) kehidupan seorang Muslim, keunggulan industri dan tekhnologi teknologi juga telah mampu menghasilkan alat-alat komunikasi yang begitu murah dan pantas pada waktu yang relatif cepat,  sekaligus dapat mempengaruhi penggunanya. 

      Dunia hiburan khususnya, berkembang dengan begitu pesat sehingga tidak hanya memberikan hiburan secara ’live’ atau  ’record’, cetak atau elektonik. Siaran itu bukan saja  dapat membimbing umat Islam kepada pengamalan agama tetapi ia juga sebagai salah satu wadah untuk mengolkan atau mensosialisasikan program-program pembinaan keagamaan. Oleh sebab itu, para pemilik program siaran keagamaan haruslah mengetahui strategi dan target sasaran dakwahnya serta mengetahui cara untuk melaksanakan program itu dengan sebaik-baiknya. Mengetahui kelompok sasaran utama dan menguasai dengan baik siaran agama yang hendak disampaikan adalah cara yang penting untuk meningkatkan prestasi yang maksimum dalam usaha menyiarkan program-program keagamaan.

     Agama Islam adalah agama yang mempunyai motivasi yang kuat dalam usaha untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan kegunaan material dan spiritual. Islam tidak memisahkan kehidupan beragama dan bernegara kerana motivasi agama merupakan cara yang mampu mengcorakkan semangat masyarakat yang beragama dalam kehidupan. Dengan adanya agama, ia dapat membimbing dan membentuk kehidupan manusia daripada kehilangan arah tujuan serta mendapat keindahan dan keberkatan dalam kehidupan. Namun begitu, tujuan ini harus ditanam dan dihidupkan dengan pelbagai cara dan kegiatan dakwah yang lain seperti media elektronik yang dapat membantu membumikan dakwah di Bumi Indonesia.

     Internet merupakan jaringan komputer yang luas yang menghubungkan pengguna komputer dengan komputer yang lain dari satu negara ke negara yang lain. Dengan adanya internet ia memudahkan lagi kita browsing, chatting, surfing dan lain-lain. Internet juga mempunyai tiga kelebihan yang lain seperti never turn off dan unlimited acces, satu cara untuk mendiskusikan tentang pengalaman spiritual melalui laman forum yang disediakan dan merupakan cara untuk berdakwah yang mana dakwah melalui internet pastinya akan mendapat tindak balas yang positif dan negatif. Oleh itu, strategi berdakwah melalui internet merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh pengguna yang ingin berdakwah melaluinya. Untuk mencapai tujuan yang tepat dan berhasil, seorang pendakwah haruslah pandai memilih media dakwah yang baik sebagai wasilah keberkesanan dakwah yang ingin dilakukannya.
 
    Pendakwah kekinian tidak hanya menggunakan pidato dan berceramah di masjid tetapi sebagai penyelidik dan penyelesaian masalah secara praktis yang menggunakan teknologi semasa sebagai salah satu wadah untuk menyampaikan  dakwah dalam memberantas nahi munkar dan menyeru amar ma’aruf. Belajar dari barat dan eropa,  yang telah dilakukan oleh ulama-ulama timur tengah dan para cendikiawan Islam di Eropa dan Amerika Latin yang menyambut baik media elektronik seperti internet sebagai salah satu wadah yang baik dalam berdakwah. Ianya termasuklah sang pencerah, halaman web Dakwah Islam, Islam,  Youtube, Blog dan jaringan sosial yang lain seperti Face Book dan Twitter. Kebanyakan media internet tersebut menawarkan pelbagai kemudahan dan cara-cara yang efektif untuk berdakwah.

        Seperti yang kita tahu televisi merupakan salah satu cara untuk berdakwah dengan adanya sistem elektronik yang menyiarkan gambar-gambar yang berbentuk suara, sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik yang dapat didengar. Televisi  mempunyai kelebihan dalam berdakwah kerana media televisi mempunyai jangkauan yang sangat luas sehingga dakwah dapat diperluaskan ke tempat yang lebih jauh, dan tanpa di batasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, media televisi juga mampu membawa dakwah kepada jumlah penduduk yang sangat besar dan  komunikasi dakwah tersebar dengan mendapat pengaruh yang positif dalam aktivititas berdakwah.  Seseorang pendakwah yang berdakwah kepada masyarakat pendengarnya dapat menjangkau puluhan juta penduduk dalam satu sesi acara berdakwah seperti ceramah. Media televisi juga mampu untuk menampung pelbagai cara dakwah yang memberi peluang kepada pendakwah untuk memberi dakwah secara efektif. Media televisi yang  bersifat audio visual memungkinkan dakwah dapat dilakukan dengan perbincangan sekaligus yang berbentuk visual bergambar, sehingga memudahkan mad"u atau target dakwah.

     selain memiliki kelebihan seperti yang telah disebutkan di atas, dakwah melalui televisi juga mempunyai persepsi yang negatif. Contohnya dapat dilihat sinetron Indonesia yang telah dipaparkan berkembang besar dari segi jumlah penontonnya. Ceritanya hanya memfokuskan kepada mimpi yang jauh dari kenyataan sebenar. Begitu juga, cerita-cerita yang ditunjukan drama seperti Amerika Latin,Thailand dan Philipina. Berbeda dengan India yang mempunyai budaya yang kuat dan konsisten. Sedangkan Indonesia seringkali mencontohi Bevely Hills, plot yang berbentuk konflik, Melrose Place dan lain-lain. Drama Islam yang kita lihat seringkali menyalahi dengan prinsip-prinsip Islam serta adegan-adegan yang tidak layak ditampilkan. Namun, dalam usaha untuk memberi dakwah di dalam televisi bukanlah sesuatu yang mudah kerana adanya tuduhan yang menjual ayat-ayat al-Quran ketika berdakwah di dalam televisi, biayanya pula terlalu tinggi untuk memberi siaran dakwah, serta keikhlasan seseorang pendakwah yang masih diragui dakwahnya.
 walau baagaimnapun, televisi merupakan satu keperluan yang  manusia pada zaman moden ini.

       Televisi juga merupakan salah satu media yang efektif dalam memberi dakwah. Seperti yang kita lihat di televisi sebagai kalangan pendakwah yang bukanlah dari latar belakang ustadz dan ustadzah tetapi masih mempunyai prestasi yang baik untuk berdakwah melalui televisi.
Disamping itu, alat elektronik seperti radio juga dikatakan sebagai salah satu strategi untuk berdakwah. Radio yang membawa pesan dakwah Illallah dan informasi dengan memanfaatkan gelombang yang mempunyai frequensi yang berupa suara adalah cara yang baik untuk berdakwah. Radio juga mempunyai kelebihan dalam berdakwah seperti mempunyai kelebihan yang pantas dan tepat daripada televisi menyampaikan informasi kepada orang ramai tanpa mempunyai proses yang rumit atau memerlukan waktu yang banyak seperti televisi dan media elektronik lain. Dengan hanya menggunakan telepon, reporter radio secara langsung dapat menyampaikan berita atau laporan berita ditempat kejadian. Selain itu, radio juga dikatakan akrab dengan pendengarnya yang mana pendengarnya dapat menjangkau setiap orang   dimana saja sama baik berada dirumah, dalam kereta, tempat kerja dan lain-lain.

      Namun, dibalik kelebihan media terdapat kekurangan di mana siaran radio hanya mengeluarkan suara, pendengarnya tidak dapat mendengar kembali apa yang telah  didengarinya dan timbul tenggelam suaranya tergantung dengan masalah frequensinya. Bagaimanapun,radio merupakan salah satu cara yang efektif terutamanya bagi masyarakat yang kurang berkemampuan. Radio pada zaman kini sudah hampir ketinggalan dengan wujudnya media-media elektronik yang lain. Namun, penggunaan radio masih ada gunanya seperti program keagamaan yang dapat menjangkau keseluruhan masyarakat Indonesia serta dapat menembus ruang  dan waktu.

       Secara keseluruhannya, media elektronik memainkan peranan penting sebagai alat penyampai informasi atau komunikasi. Peranannya yang besar menempatkan media elektronik sebagai keperluan manusia dalam kehidupannya. Bahkan, dalam perkembangan di Malaysia, media elektronik sudah menjadi keperluan sekunder yang hampir tersebar luas diseluruh Asia. Melalui tiga pendekatan seperti hikmah Amar Ma"Ruf Nahi Mungkar, pengajaran dan bertukar fikiran mampu dibawa oleh pendakwah-pendakwah yang ingin menyampaikan siaran keagamaan agar mencapat hasil yang lebih baik. Selain daripada elektronik yang begitu efektif dan begitu murah dalam biaya produksi dan masanya,seorang pendakwah mampu untuk berdakwah di televisi, radio atau menulis dalam websitenya yang mana informasi tersebut dapat diakses oleh beberapa juta kelompok masyarakat ,bahkan jauh dan dari berbagai pelosok dunia serta tidak memerlukan lagi biaya yang besar melainkan cukup dengan informasi yang disampaikan melalui televisi, radio dan internet.
Wallahua’lam

Rabu, 16 April 2014

Malu

 Malu ! ! !

 

 @ oase 

 

Aznul Adhan

 

      Pagi itu terasa waktu berputar amat sangat cepat,Tabir Shubuh yang baru menyingsing seolah hanya sebentar, Dingin yang dirasa telah berganti menjadi panas, Mentari seolah tak seperti biasanya, mentari datang lebih awal, Mentari Pagi Menyambut alam Semesta dengan sinar Benderangnya, diri pribadi yang telah berkutat dengan Tugas Kuliah dan Organisasi, Seolah berebut Mencari Perhatian untuk lebih di kerjakan Lebih Dulu, Terkadang ada Rasa Lelah dan ingin mengeluh seakan waktu ingin di tambah beberapa jam lagi, Waktu Istirahat yaang terasa berkurang, Waktu Produktif yang Hilang Berganti dengan waktu Tidak produktif.

 Pagi itu dengan perasaan seperti biasanya Berusaha untuk memacu diri, Mencari Ilmu yang bermanfaat Menuju ke kampus tercinta, derap kaki di langkahkan Seolah Jalan terasa berat, dan jauh dari biasanya, Selintas melihat orang tua yang sudah Sibuk menjajak daganganya dengan senyuman mengembang, begitupun pak Tukang sepatu yang sejak selepas Shubuh sudah berkeliling untuk mencari siapa yang akan di bantu di SOL Sepatunya, Melihat mereka tergelitik hati ini.

 Merasa MALU Yang sangat akut di wajah mereka tak ada sedikit rasa cape, mengeluh, Mereka Menyambut kehidupan dengan senyuman, tak ada kata mengeluh sambutlah kehidupan dengan Senyuman berusaha untuk selalu bersyukur, Hidup adalah berjuang, Lelah, capai adalah aksesori kehidupan yang kan selalu menemani hidup ini, Jika terjatuh bangkit lagi, jika berjalan berlarilah, hidup adalah bersyukur, Hidup tetap hidup, Memilih menjadi parasit parasit kehidupan atau sebagai Katalisator Pembagunan, Semua itu bermula dari Mimpi, setelah Mimpi lalu aksi untuk melaksanakan M.I.M.P.I, MALULAH Ketika yang lain telah bermanfaat bagi orang lain, Namun kita tidak lebih hebat dari diri, Yang selalu menjadi pengeluh ! ! !
semua itu bukan tentang KITA DAN EGO KITA

Senin, 14 April 2014

Masyumi, Pks dan Jokowi

Antara Masyumi, PKS dan Jokowi

Tiada salahnya kita merenungi bagaimana Mohammad Natsir dan Buya Hamka berhadapan dengan Ali Sadikin, Gubernur Jakarta.


Oleh : Aktifanus Jawahir
TULISAN saudara Lasmiyo Nugroho tentang “PKS, Jokowi dan Kasus Turki” dalam hidayatullah.com yang dimuat hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 08:35 WIB cukup menarik agak mendalam menukik walaupun ada beberapa data dan faktanya kurang tepat, malahan tentang kasus Turkinya tidak ditulis langsung, apakah belum ditulis atau ada sambungannya lagi, belum jelas. Tak apalah bagaimanapun, kita berprasangka baik.
Memang PKS adalah harapan dan parti alternatif walaupun bukan satu-satunya pilihan umat Islam di negara kita, sebagai pengubat rindu umat akan kebesaran dan kehebatan Partai Islam Masyumi (1945-1960) di mana para pemimpinnya, bukan hanya sekedar politikus tetapi adalah negarawan yang dihormati dan disegani oleh kawan dan lawan. Kebetulan saya pernah beberapa kali bersilaturrahmi mengaji dan mendengar nasehat serta wejangan politiknya secara langsung pada tokoh-tokohnya.
Dengan almarhum Pak Mohammat Natsir, Buya Hamka, Pak Boerhanuddin Harahap, Mr Moehammad Roem, Prof Dr Mr Kasman Singodimedjo dan yang tak kalah hebatnya adalah ulama dan pakar rujuk serta tokoh spiritual Masyumi dan juga Persyarikatan Muhammadiyah, Buya Ahmad Rasyid Sutan Mansur, yang juga merupakan abang ipar kepada Buya Hamka.
Yang penting dan paling utama yang saya peroleh adalah bagaimana kuliah aqidah; iman dan kemerdekaan, serta bagaimana adab kita dengan Allah, Rasul dan adab kita dalam bidang-bidang lain termasuk dalam berpolitik.
Masyumi yang dibubarkan tahun 1960 itu secara paksa oleh Bung Karno, kemudian docoba untuk digantikan oleh Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang didirikan pada tahun 1968 dengan pemrakarsanya adalah Badan Koordninasi Amal Umat Islam, yang diketuai oleh Kyai Haji Faqih Usman, yang periode pendirinya di mana Ketua Umumnya adalah Djarnawi Hadikusmo dan Sekjennya Lukman Harun, keduanya adalah tokoh Muhammadiyah (keduanya juga sudah almarhum).
Pada tahun 1969 melalui Muktamar Pertamanya di Malang, Jawa Timur di mana sebelumnya Pemerintan Soeharto sudah memberikan lampu hijau, bahwa Parmusi bebas memilih pemimpinnya siapa yang mereka sukai. Dimana Parmusi masa itu sama juga dengan Masyumi semasa didirikan oleh beberapa Ormas Islam seperti Muhammadiyah, Jamiatul Al Washliyah, Al Irsyad, Persatuan Umat Islam, Persis, HSBI, PITI, Gasbindo, Al  Ittihadiah, Matalaun ‘Anwar, KAHMI dan beberapa Ormas lagi.
Maka terpilihlah Mr Moehammad Roem mantan Wakil Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri semasa rezim Order Barunya Presiden Soekarno sebagai Ketua Umum pertama dan para ketuanya antara lain Dr Anwar Haryono, KH Hasan Basri, Dr Jailani Naro dan Ir Drs Umar Tusin, sedangkan Sekjennya adalah Drs Hasbullah, Sekretaris-Sekretaris Drs Lukman Harun dan Moehamad Sulaiman, di antara anggota pimpinan pusatnya adalah Haji Abdul Karim Oei Tjong Hien, Ir HM Sanusi dan beberapa nama lagi.
Tapi ternyata nama Pak Roem tokoh Masyumi yang anggap paling moderat ini, tidak mendapat clearance dari ABRI dan pemerintahan Soeharto. Akhirnya kembali kepada kepemimpinan Djarnawi dan Lukman, namun tahun 1970 dibajak oleh Jailani Naro yang kemudian terkenal dengan panggilan Jhon Naro, Ali Imran Kadir, Syarif Usman dan beberapa nama lagi. Naro dari Gemada yang kemudian masuk Al Washliyah dan Imran Kadir dari Al Ittihadiah, ketiganya  adalah putra Minangkabau, yang membajak Lukman Harun yang juga adalah putra Minangkabau, begitulah politik kalau terlalu “beradab”?
Meski sudah masa lalu, bagaimanapun sejarah emas Masyumi akan tetap disebut sampai ke hari ini, karena para pemimpinnya telah mewariskan keteladanan, sikap tawadhu’, zuhud dan sangat menjaga adab dalam berpolitik dan juga bidang-bidang lain.
Mereka betul-betul berjuang karena Allah Subhanahu Wata’ala untuk Islam membangun dan menyelamatkan bangsa serta untuk kesejahteraan dan kepentingan rakyat banyak.
Mana buktinya tokoh-tokoh Masyumi diadili atau dituduh di pengadilan karena korupsi atau menyalahgunakan kekuasaan? Hingga hari ini, kita belum mendengar anak-anak mereka kaya raya dari warisan yang ditinggalkan ayah atau ibu mereka.
Sebagaimana kata almarhum Pak Kasman, “Menjadi pemimpin adalah Een leidersweg is een lijdenweg. Leiden is lejden” (Jalan Pemimpin bukan jalan yang mudah. Karena memimpin itu menderita). Dilanjutkan pula oleh Pak Prawoto Mangkusasmito Ketua Umum Masyumi sebelum dibubarkan oleh Bung Karno, dengan pernyataannya,  “Rugi untungnya perjuangan, harus dinilai dengan rugi untungnya Islam.”
A-historis Partai Islam hari ini
Ketika Pemilu 1999 dan 2005 saya menemui beberapa pemimpin dan aktivis dari partai Islam dan menceritakan kembali tentang sejarah dan para pemimpin besar Partai Islam Masyumi.  Sungguh mengagetkan komentar mereka. “Wah itu sejarah masa lalu,” ujarnya. Saya jawab pada mereka, “Jika begitu sejarah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam, sejarah Nabi dan Rasul itu juga masa lalu.” Rupanya mereka terdiam mendengar jawaban saya.
Tidakkah Al-Qur’an mengkisahkan bagaimana para Nabi Rasul mulai Adam As sampai Isa As, juga kisah Namrud Fira’un dan Qarun juga bagaimana kehebatan Lukman al Hakim itu semua sejarah masa lalu?
Jadi janganlah kita angkuh dan pongah dengan komentar seperti di atas.Mengapa tidak dijawab dengan rasa syukur dan dijadikan sebagai ‘iktibar, keteladanan dan pengajaran?
Berdasarkan pertemuan Dr Sahirin M Salihin (asal Jawa Barat kini dosen di Universitas Islam Internasional Malaysia) dengan Syeikh Musytafa Masyhur (almarhum mantan Mursyidul Am Ikhwanul Muslimun), kala itu  Dr Sahirin menanyakan, betulkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah perwakilan Ikhwan di Indonesia, beliau menjawab “tidak”. Menurutnya, Al Ikhwan Al Muslimun tidak ada perwakilan di Indonesia dan Malaysia.
Apa yang terjadi di Mesir tidak sama dengan Indonesia, terlepas dari kelemahan dan kekurangannya, Al Ikhwan al Muslimun telah banyak berbuat untuk mendakwahi rakyat Mesir dan dunia Arab, dan Dr Muhammad Mursy walaupun hanya berkuasa setahun lebih.
Termasuk karya nyatanya dalam bidang ekonomi kesejahteraan rakyat menaikkan gaji pegawai negeri dan tentera bidang teknologi dan membantu perjuangan rakyat di Palestina terutama di jalur Gaza, melawan penjajahan Israel yang berkonspirasi dengan Syi’ah dan USA.
Boleh jadi inilah sebenarnya kenapa Mursy dikudeta, dan kita tahu siapa Muhammad el Baradey, Hamdan Shabhee, Darsya Khalfan yang jelas Syi’ah. Bagaimana pula Jendeal Abdul Fatah As Sisi dan isterinya yang keturunan Yahudi dan Syi’ah dari Maroko.
Bahkan menarfiknya, anggota Ikhwan yang berfikiran sekuler dan liberal kini berbalik menyokong Abdul Fatah As Sisi.
Sejarah mencatat di Mesir belum ada lagi pemerintahan Islam atau bernuansa Islam, setelah Nabi Musa As, kecuali Dinasti Fathimyah yang Syi’ah yang kemudian dilemahkan oleh Sultan Salahuddin Al Ayubi, sebagai prasyarat agar salah seorang Panglima hebat dalam sejarah Islam yang berasal dari Suku Kurdi Turki ini, bagaimana akhirnya beliau dapat mengalahkan tentera Salib dan mengembalikan Bumi Palestina ke pangkuan umat Islam.
Dan kini satu-satunya pemimpin negara umat Islam yang berani membela Mursy adalah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki yang sebetulnya berdasarkan fakta leluhurnya juga berasal dari Suku Kurdi tiga ratus tahun yang lalu.
Memang ada beberapa pernyataan yang harus kita fahami dan kita simak betul-betul, dia mengatakan “Partai kita AKP adalah partai sekuler, namun kita inginkan anggotanya adalah orang yang ta’at beragama.” Secara sosio-psikologi, kita harus mampu memahami kontek ini.
Sebagaimana awal September 2013 dia mencabut larangan pakai jilbab di Turki, kecuali tentara, hakim dan polisi yang masih merupakan simbol sekularisme. Erdogan menyebut ini adalah kehendak rakyat Turki. Belum pernah kita dengan darinya,  berjilbab adalah wajib berdasarkan Surah Al Ahzab ayat 59, wajib atau perintah syari’at Islam. Padahal kita tahu beberapa waktu yang lalu dia terpaksa menyekolahkan anaknya di Amerika dan Bosnia, karena anaknya pakai jilbab.
Beliau pernah juga menyebut Islam dan sekularisme tidak boleh disatukan, karena merupakan ajaran yang jelas sangat berbeda. Syukur hari ini sudah ramai rakyat Turki yang kembali berjilbab, dari kalangan bukan aktivis atau anggota gerakan Islam, bahkan seorang rektorpun di Timur Turki sudah memakai jilbab.
Turki dan Mesir tidaklah sama, karena Turki diperintah oleh Bani Saljuk dari tahun 1035 sampai 1128 dan kemudian Khilafah Ushmaniyah selama delapan abad, hanya hampir sembilan puluh tahun “coba diracuni” oleh berhala sekularismenya Mustafa Kamal Attaturk.
Untuk Jokowi terlepas dari partainya PDI-P, memang tidak mesra dengan umat Islam. Apalagi dengan organisasi dan gerakan Islam. Tiada salahnya kita merenungi bagaimana Pak Natsir dan Buya Hamka berhadapan dengan Ali Sadikin, gubernur Jakarta yang mengaku membangun Jakarta dari uang hasil perjudian dan pelacuran, bahkan dikala kedua orangtua ini dan juga ulama lain mengritik, Bang Ali dengan angkuh mengatakan, “Jika tidak mau dengan cara itu keluar dari Jakarta,” ujar Ali Sadikin.
Tetapi para orangtua kita ini sabar dan tersenyum. Di sisi lain, teru-menerus mengirim surat, mengirim Al-Qur’an dan buku-buku agama. Akhirnya Ali Sadikin sebelum berhenti jadi gubernur Jakarta sempat menangis dan menyesali kebijaksanaannya.
Ali Sadikin bahkan “bertobat” dan menunaikan ibadah haji ke Makkah bersama Pak Natsir dan Buya Hamka.
Siapa di antara para ustadz, kiai, ulama yang mampu bersabar dalam berdakwah, dengan penuh hikmah dan kearifan layaknya para pemimpin Masyumi di saat seperti ini?

PKS janganlah berlebihan, apalagi lupa diri. Juga terkait Jokowi. Dia tetaplah seorang Islam begitu pula keluarganya. Tugas kita hanya menyampai mengajak dan menyeru mengetuk dhamir dan nuraninya, bukan mengutuk apalagi mencaci maki.*
Penulis aktivis, pengamat politik dan gerakan Islam berasal dari Keluarga Besar Muhammadiyah dan Keluarga Bulan Bintang
Rep: Administrator
Editor: Cholis Akbar